ads
Diskusi Bedah Buku "Menghadang Kubilai Khan" di Tangsel : Membangun Kesadaran Budaya dan Literasi

Diskusi Bedah Buku "Menghadang Kubilai Khan" di Tangsel : Membangun Kesadaran Budaya dan Literasi

Smallest Font
Largest Font

SERPONG, Jurnalbanten.com – Gedung Perpustakaan dan Arsip Kota Tangerang Selatan, Ciater, menjadi saksi dari semangat literasi dan kebudayaan dalam acara diskusi serta bedah buku bertajuk "Menghadang Kubilai Khan". 

Acara yang berlangsung pada Kamis ini menghadirkan sejumlah narasumber kompeten, yakni penulis buku Aji Susmana, Wakil Ketua DPRD Provinsi Banten Yudi Budi Wibowo, Sejarawan Historia Tangsel Agam Pamungkas, serta Plt. Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip, Chaerudin.

Ketua panitia acara, Doni Mahendro, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi salah satu upaya nyata untuk menjaga dan mengembangkan kebudayaan lokal sebagai aset bangsa yang berharga.

“Kami percaya kebudayaan adalah pondasi penting untuk memperkuat identitas masyarakat sekaligus alat efektif dalam memperkuat peradaban. Bedah buku ini menjadi langkah konkret dalam menciptakan ruang apresiasi terhadap sastra, seni, dan tradisi lokal maupun global,” ujarnya.

Buku "Menghadang Kubilai Khan" mengisahkan perjuangan seorang tokoh besar dalam sejarah dunia yang mampu mengintegrasikan keberagaman budaya untuk membangun kekuatan dan stabilitas. 

Diskusi ini tidak hanya memberikan wawasan tentang sejarah, tetapi juga memicu refleksi bagaimana kebudayaan lokal dapat menjadi landasan untuk membangun masyarakat modern yang beradab dan harmonis.

Plt. Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Tangsel, Chaerudin, dalam sambutannya mewakili Wali Kota Tangerang Selatan, menegaskan pentingnya literasi sebagai pilar utama dalam membangun masa depan yang lebih baik. 

“Membaca buku adalah jendela dunia, membuka cakrawala, dan menciptakan kreativitas yang menjadi modal utama untuk generasi emas,” katanya.

Wakil Ketua DPRD Banten, Yudi Budi Wibowo, menyampaikan kekagumannya terhadap antusiasme generasi muda Tangsel yang hadir dalam acara ini. 

“Di tengah perkembangan teknologi 5.0 dan 6.0, kita harus melawan era individualistik dengan membangun kembali kebiasaan diskusi, membaca, dan interaksi sosial yang bermakna,” ucapnya.

Sejarawan Agam Pamungkas turut menekankan bahwa pelajaran dari buku ini relevan untuk menghadapi tantangan global saat ini. 

“Kisah dalam buku ini mengajarkan kita pentingnya kolaborasi budaya untuk membangun peradaban yang berkelanjutan,” jelasnya.

Ketua Umum Jaringan Kebudayaan Rakyat (Jaker), Anita, dalam sambutannya mengapresiasi dukungan pemerintah daerah dan semua pihak yang telah berkontribusi pada suksesnya acara ini. 

Ia menekankan bahwa kebudayaan lokal memiliki peran strategis dalam menciptakan ruang apresiasi bagi seni dan tradisi di tengah modernisasi.

Acara ini menjadi momentum penting bagi masyarakat Tangerang Selatan, khususnya generasi muda, untuk terus memperkuat budaya literasi, menggali nilai-nilai sejarah, dan berkontribusi dalam pelestarian warisan budaya bangsa.

Melalui diskusi ini, semangat untuk terus menghidupkan kebudayaan dan literasi semakin membara. 

Harapannya, kegiatan serupa dapat menjadi agenda rutin guna memperkuat fondasi budaya dan pengetahuan sebagai bekal menuju Indonesia Emas 2045. (Adt/rls)

Editors Team
Daisy Floren
Daisy Floren
Redaksi Author

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow